Wirausaha atau Bekerja via kompas.com |
Menjadi pengusaha muda rupanya belum menjadi impian banyak
orang. Khususnya bagi orang yang berada di usia produktif. Padahal semakin ke
sini semakin digencarkan program wirausaha. Seminar-seminar tentang bagaimana cara berwirausaha
pun sudah banyak di gelar. Kebanyakan dari mereka masih mencari pekerjaan
dengan alasan rata-rata karena penghasilan yang tetap setiap bulannya. Tapi
bukankah lapangan pekerjaan tidak banyak, padahal lulusan tiap tahunnya sangat
banyak. Persaingan pun sangat ketat, dan pada akhirnya pengangguran semakin
membeludak.
Cerita Pengusaha Muda
Saya punya teman yang rela keluar dari pekerjaannya di
sebuah perusahaan besar, karena dia sudah mempunyai usaha yang hasilnya jauh
dari gajinya saat itu. Tekadnya itu pun bisa dibilang berani dan tepat, jika
memang memilih menjadi pengusaha, karena salah satu hal yang harus dilakukan
untuk menjadi pengusaha adalah fokus pada usaha itu sendiri. Namun, selang
beberapa waktu, dia malah mencari pekerjaan lagi. Untuk apa?
Saat saya tanya, ternyata orangtua tunangannya menginginkan
agar dia mempunyai pekerjaan yang tetap dengan dengan kerja di pabrik.
Setidaknya mempunyai status “kerja di ...” jika tidanya kerja dimana. Karena
selama ini untuk menggerakkan usahanya di rumah, dia terlihat seperti
pengangguran yang lontang-lantung tidak jelas. Padahal dia itu sedang bekerja
dan mengantongi uang. Harusnya menjadi suatu kebanggan bukan masalah. Padahal
saat kutanya, usahanya masih lancar saja. Yang dia cari hanya status,
setidaknya sebelum hari pernikahannya.
Kembali saya bertemu dengan seorang pengusaha muda lagi di
sebuah tes interview di perusahaan besar. Dia lulusan Sarjana Manajemen. Saat
itu kami sedang berbincang mengenai banyak hal sembari menunggu giliran
interview. Ternyata dia sudah menjadi bos muda dengan beberapa karyawan.
Kesehariannya pun dibuat bersantai di rumah, menonton TV dan sesekali mengurus
usahanya. Kebanyakan urusan usahanya sudah dia pasrahkan ke seseorang. Dia
hanya mengurus bahan baku dan marketing saja. Karena kesehariannya yang seperti
pengangguran itu dan ijazah S1 yang didapatnya dia pun terdesak oleh keadaan
untuk mencari pekerjan. Kembali lagi tujuannya mencari kerja hanya untuk
status.
Mending kerja atau wirausaha?
Rupanya permasalahannya hanyalah pribadi yang tidak tahan
banting karena gunjingan dan desakan soal status pekerjaan. Selain itu, ya
karena gunjingan itu. Kita masih hidup di lingkungan orang-orang kolot yang
hanya menganggap orang bekerja adalah orang yang keluar rumah dengan pakaian
rapi saat pagi hari dan pulang sore. Orang bekerja adalah dia yang bekerja di
pabrik. Pemikiran mereka hanya terbatas sampai di situ saja. Padahal semakin ke
sini, pekerjaan tidak hanya itu-itu saja. Pekerjaan pun mulai berkembang dan
beragam, bahkan sudah banyak yang bisa dikerjakan di rumah seperti kerja
online, blogger dan lain-lain. Namun kembali, kita masih terbentur oleh status.
Jawaban mending cari kerja sebenarnya ada pada diri Anda masing-masing. Kedua pilihan itu pun mempunyai risiko masing-masing. Jika ingin bekerja, bersiaplah menjadi bawahan dan bekerja keras mencari pekerjaan. Jika ingin menjadi wirausahawan tentunya siapkan mental, mental menghadapi lingkungan dan mental untuk sukses bahkan untuk risiko terbesar sekalipun, bangkrut.
4 komentar
Entah kenapa habis baca artikel ini aku merasa orang-orang yang membuat perubahan, termasuk para pengusaha itu, sejatinya menjadi "terasing" karena dirinya berbeda dari yang lain.
ReplyDeleteAda anggapan tidak ada "status" jadi tidak bisa menikah. Ada anggapan tidak ada "status" jadi tidak ada yang mau berteman. Jangan-jangan ada anggapan tidak ada "status" adalah orang hina...
Ya betul sekali, karena terpengaruh lingkungan yang cenderung kolot yang masih menganggap "yang disebut kerja adalah yang di pabrik" menjadi pengusaha seperti jualan mie ayam adalah pekerjaan hina, apalagi dilakukan oleh lulusan sarjana.
DeleteKomentar mereka biasanya seperti ini, "Sarjana, kok, jualan mie." dan lain sebagainya yang membuat mental pengusaha muda down. Sebelum menjadi pengusaha hendaknya mengasah mental ini dulu kalau meurutku. :D
Setuju bnget itu sebuah dilema buat saya. Kdag dianggap tidak dihrgai.sering ada perkataan ngpain sekolah tinggi kalau kerja gn aja? Padahal ga gmpg loh kerja sendiri itu.
DeleteIya, tetap usaha sendiri aja :)
Delete