Penjaga Red Diamond
Oleh: Ain Saga dan Reyhan M Abdurrohman
Gelisah, itulah warna hati Pertope, Kesatria Diores, yang tengah bimbang
karena hadirnya surat ancaman penculikan Terenia, kekasih hatinya. Semalaman ia
tak bisa memejamkan mata. Selalu terbayang paras ayu milik Terenia.
Tapi, sisi lain hatinya pun membayangkan nasib Red Diamond, yang menjadi
tanggung jawabnya secara penuh, sebagai ketua pasukan Diores, pasukan penjaga
Red Diamond, kekuatan negatif yang luar biasa.
"Bagaimanapun aku harus merebut Terenia dari tangan Zigot!” tekadnya.
Pertope masih saja melamun, meski sudah berpelana dengan gagah di punggung
kuda. Niatnya belum bulat sempurna untuk menjemput Terenia dan membebaskannya
dari Zigot. Masih terpikir tugas utamanya, menjaga Red Diamond.
Pertope berusaha menepis keraguan yang mampir di hatinya. Red Diamond
terpaksa ia kalahkan. Ini demi Terenia, kekasih hatinya. Ia sadar, ia salah.
Tapi ia tetap harus menentukan.
***
Sial! Perjalanan Pertope harus terhambaat oleh kawanan prajurit musuh. Hari
hampir gelap, dan pandangan matanya masih berkunang, karena energi Blue Diamond
berangsur hilang, bila ia keluar dari batas kerajaan Diores.
Kesatria itu berusaha bangkit, ia terpaksa meladeni serangan musuh. Sial! Semakin
mencoba melawan, kekuaatannya semakin lenyap. Badannya terhuyung. Pedang biru
miliknya terlepas dari genggaman, dan ...
Brug!
***
Berkat temuan Dixel—ayah Terenia—Negeri Diores maju pesat. Blue Diamond
yang diciptakannya dari sari inti bumi, mampu memberikan energi yang luar biasa
bagi kehidupan Negeri Diores. Mulai dari menambah tenaga bagi para Kesatria
Diores. Pusaka negeri terisi kekuatan luar biasa.
Sayangnya, terciptanya Blue Diamond dibarengi juga dengan terciptanya Red
Diamond secara otomatis. Bahkan Red Diamond mempunyai kekuatan yang lebih besar
dari Blue Diamond. Meskipun begitu, Red Diamond tidak bisa dimanfaatkan sebagai
sumber energi yang dapat memajukan Diores, karena sifatnya yang terkadang tidak
bisa dikontrol. Itu kekuatan negatif yang punya kemauan merusak. Red Diamond
terpaksa dimasukkan ke dalam tabung terbuat dari emas murni, dan ditaruh dalam
ruangan bersuhu minus, agar kekuatannya redup.
Pasukan Diores diseleksi untuk menjaga Red Diamond. Agar Red Diamond tidak
sampai jatuh ke tangan musuh. Sudah banyak yang menginginkan kekuatan maha
dahsyat itu.
Musuh memang punya banyak cara, termasuk cinta. Dengan memanfaatkan cinta
antara Pertope yang menjadi ketua para Kesatria Diores, dan Terenia.
Strateginya berhasil. Pertope tak kuasa mendengar ancaman yang dilayangkan
padanya.
“Ini soal keselamatan Terenia!” Pertope emosi.
“Percayalah, Terenia akan baik-baik saja. Ini hanya jebakan. Negerimu lebih
membutuhkanmu,” kata Dixel berusaha mencegah Pertope.
“Tapi aku lebih tahu bagaimana bengisnya Zigot. Dan itu akan mengancam
keselamatan Terenia, gadis yang paling kucinta.” Mata Pertope memandang tajam
ke depan. Kedua tangannya mengepal.
“Terenia lahir dengan bantuan Blue Diamond. Dalam tubuhnya tertanam secuil
kristal dahsyat itu. Saya yakin Terenia tidak akan kenapa-kenapa. Jangan pergi,
tak ada kesatria sekuat dirimu di sini.”
“Maafkan aku.” Pertope melangkah ke depan. Tekadnya sudah bulat.
***
Di kamarnya, tempat ia harus tertawan oleh Raja Zigot yang bengis, Terenia
berusaha pergi dari tempat yang dijaga ketat itu. Dengan taktik tipuan kecil,
serta kekuatan hipnotis yang ia pelajari dari Dixel, ia berhasil keluar kamar.
Ia melewati sebuah lorong gelap dan lembab. Tak sengaja, matanya menangkap
sosok yang sudah dikenalnya, Pertope. Pertope tengah terduduk lesu di balik
jeruji besi yang saat itu tak dijaga. Buat apa menjaga orang yang kehilangan
energi, hampir mati.
Terenia mencoba mendekat. Ia menelisik wajah pria itu, untuk memastikan
apakah itu benar Pertope.
“Pertope, kamu kah itu?”
Pria dibalik jeruji itu mengangkat wajahnya, memandang gadis cantik
berkullit kuning langsat di depannya.
“Terenia?” Ada binar cerah di wajah Pertope.
“Mengapa kamu bisa di sini?” Wajah Terenia mendadak risau.
Pertope berusaha bangkit. “Aku berniat menolongmu. Kamu baik-baik saja? Tolong
keluarkan aku dari sini, Red Diamond dalam bahaya.”
Dengan energi Blue Diamond yang Terenia punyai, ia dengan mudah melebarkan
dua jeruji besi, sehingga Pertope dapat keluar.
Terenia mentransfer sebagian energi yang masih tersisa, pada Pertope.
Daripada harus memapah Pertope di negeri musuh.
Sesampainya di depan gerbang lorong kematian—gerbang tersembunyi untuk
kabur, yang dijaga naga. Ia tahu itu dari obrolan penjaga kamarnya—gadis itu
pun segera merapal mantra penjinak naga warisan dari ayahnya. Dengan sekejap
naga yang garang tersebut melunak. Dixel memang penyihir terbaik di negerinya.
“Kuperintahkan kau untuk menuruti perintahku!” Terenia berkata cukup keras
ke arah naga.
Naga itu pun menunduk, tanda mengerti apa yang dikatakan Terenia.
“Ayo naik, kita selamatkan negeri kita.” Terenia memegang tangan Pertope.
Mereka berdua melompat ke punggung naga.
“Cepat bawa kami ke utara, ke Negeri Diores!” suruh Terenia.
Naga tersebut mengeluarkan api dari kedua lubang hidungnya. Perlahan
mengepakkan sayap dan mulai terbang. Naga tersebut melesat ke arah utara.
“Terenia, aku sungguh bodoh sekali. Tidak mendengarkan kata ayahmu. Aku telah
mengorbankan negeriku. Seharusnya aku punya keyakinan bahwa kamu itu memang
kuat.”
Terenia menatap wajah Pertope, lekat. “Tak mengapa Pertope, dengan ini aku
tahu bahwa kamu benar-benar mencintaiku.” Terenia melambungkan senyum.
“Aku berjanji akan menyelamatkan negeri kita.” Pertope bersungut-sungut.
“Aku juga,” imbuh Terenia.
***
Mereka berdua tercengang. Saat melintas di atas Negeri Diores. Perkampungan
hancur. Rumah-rumah penduduk rata, sebagian terbakar. Hutan ikut terbakar, bahkan
sebagian sudah menghitam, tinggal abu.
“Ini semua salahku.” Pertope kalut.
Terenia berusaha membangkitkan semangat Pertope. “Tak perlu ada yang
disesali, Pertope.”
Terenia menepok punggung naga. “Langsung ke istana.”
Naga mengeluarkan api dari lubang hidungnya, kemudian mempercepat lajunya ke arah istana yang
sebagian sudah hancur.
Setelah mereka turun di halaman depan istana, mereka langsung masuk ke
dalam istana. Menyusuri lorong menuju ke tempat penyimpanan Red Diamond. Itulah
satu-satunya tujuan mereka sekarang. Jika Red Diamond berhasil berpindah
tangan, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan negeri ini.
Mereka melawan pasukan musuh yang masih tersisa di sepanjang lorong. Kekuatan
Pertope kembali. Ia melawan pasukan musuh dengan tangan kosong, karena
pedangnya dirampas musuh waktu itu.
Satu-persatu pasukan musuh berhasil tumbang. Pertope menggandeng tangan
Terenia dan berlari ke arah penyimpanan Red Diamond.
Mereka berdua kaget bukan main. Raja Zigot sudah memegang Red Diamond yang
memancarkan cahaya super terang, karena sudah dikeluarkan dari tempatnya.
“Kekuatan Red Diamond kembali kuat lagi. Kita tak mungkin bisa mengambil
Red Diamond lagi. Mungkin ini akhir sejarah dari negeri ini,” kata Pertope
pasrah.
Terenia menatap Pertope. Ia seolah mengirimkan sugesti positif pada
Pertope, agar Pertope yakin dengan kemampuannya. “Pertope, aku yakin kamu
bisa.”
Pertope mengangguk. “Lebih baik kamu pergi saja. Cari ayahmu. Aku tak mau
kamu kenapa-kenapa.”
“Tidak, Pertope. Aku ingin bertarung bersamamu.”
“Pergi kataku!” Pertope setengah membentak.
Bulir bening menetes di kedua sudut mata Terenia. Dia pun pergi
meninggalkan Pertope. Membiarkan kekasihnya bertarung sendirian. Ia sedikit
menyesal, sudah memberi sugesti itu. Sebenarnya ia hanya ingin memacu semangat
Pertope, bukan menyuruh Pertope bertarung sendirian.
Terenia merapal mantra yang ditujukan pada Pertope. Meminta bantuan energi
Blue Diamond dalam tubuhnya, agar melindungi Pertope. Ini mantra terakhir yang
diajarkan ayahnya. Mantra dari segala mantra. Mantra pamungkas untuk
membangkitkan seluruh energi Blue Diamond.
“Hahaha, kau tak akan bisa mengalahkanku. Red Diamond sudah ada
ditanganku.” Raja Zigot yang mengenakan jubah hitam itu, menyeringai.
“Sombong sekali kau!” Pertope tak gentar. Ini tanggung jawabnya. Demi negeri,
dan demi Terenia.
Pertope langsung berlari, mengeluarkan semua kekuatannya dan bertarung
dengan Raja Zigot. Mengeluarkan kekuatan cahaya biru dari tangannya, langsung
mengarahkan ke arah Raja Zigot.
Raja Zigot refleks mengeluarkan kekuatan dari Red Diamond. Karena Raja
Zigot belum sepenuhnya menguasai Red Diamond, kekuatannya tak bisa
dikendalikan. Ia terpental kesakitan.
Pertope melancarkan aksinya lagi. Tapi sial, Raja Zigot langsung menelan
Red Diamond itu. Tiba-tiba tubuhnya terbang ke awang-awang. Matanya bersinar
kemerahan. Ada sayap yang muncul di punggungnya, seperti sayap kelelawar yang
lebar.
Pertope ketakutan. Tapi, ia tetap harus melawan sampai titik darah penghabisan,
demi negerinya, karena ia seorang kesatria.
Pertope berusaha menyerang lagi. Tapi sial. Red Diamond bukanlah
tandingannya. Red Diamond seperti sudah menemukan raganya. Sosok Raja bengis
yang berambisi besar menguasai seluruh negeri.
Pertope terjatuh hanya dengan satu kali kibasan sayap kelelawar itu.
“HAHAHA. Menyerahlah kau. Atau kauingin mati?!” Zigot menyeringai.
Napas Pertope satu-dua. Lengannya terluka, tak bisa digerakkan. “Tidak
akan. Lebih baik aku mati.”
Pertope maju lagi. Berusaha melawan lagi. Tapi lagi-lagi ia terjatuh,
karena kibasan sayap kelelawar itu.
Kibasan itu bukan hanya menghasilkan angin dahsyat yang menghujam. Seperti
ada benih racun transparan yang melumpuhkan, mengenai tubuh Pertope.
Pertope sudah tak berdaya. Tubuhnya sulit digerakkan. Tenaganya sudah
habis. Tinggal menunggu detik, tubuhnya akan lenyap bagai abu yang ditiup
angin. Hilang tak tersisa. Karena benih racun itu merayap ke seluruh tubuh,
mematikannya.
Tiba-tiba dari belakang, Terenia muncul. Ada sinar biru yang terpancar dari
genggaman tangannya. Sinar yang sangat terang, hingga menyilaukan mata.
Raja Zigot yang mengetahui kehadiran Terenia, langsung mengibaskan sayapnya
ke arah Terenia. Namun Terenia tetap berdiri tegak. Ada perisai seperti cangkang
telur berwarna biru, yang tiba-tiba melindunginya.
Terenia meraih tubuh Pertope. “Pertope, kamu tidak apa-apa?” Bulir bening
dari matanya, menjatuhi wajah lemah Pertope.
“Terenia... mengapa kamu kembali?” kata Pertope pelan.
Terenia menyodorkan Blue Diamond pada Pertope. “Telan ini, agar kamu bisa
mengalahkannya.”
“Tapi, bagaimana dengan negeri ini tanpa Blue Diamond?”
“Bagaimana dengan negeri ini jika kamu mati?”
“Tapi ....”
“Telan saja!”
Pertope meraih Blue Diamond, kemudian menelannya. Sedetik kemudian, tubuh Pertope
terbang ke awang-awang. Matanya bercahaya biru. Ada sayap, seperti sayap burung
elang berwarna biru. Sayap yang kuat dan lebar.
Pertope langsung menyerang Raja Zigot. Pertarungan sengit pun terjadi dia
atas. Terenia hanya bisa teridam sambil merapal doa untuk kekasihnya.
Raga Terenia seperti kesakitan, saat Pertope terkena serangan dari Zigot.
Wajar saja, karena tubuhnya tertanam secuil Blue Diamond. Setengah hidupnya
adalah dari Blue Diamond.
Pertarungan masih berlangsung. Sangat sengit. Keduanya sama-sama kuat.
Saling balas serangan.
WUSHHH!!
Bola merah yang keluar dari tangan Raja Zigot meluncur mengenai perut
Pertope yang tak sigap. Pertope terjatuh. Terenia juga terjatuh dan matanya
tertutup. Pertope yang melihatnya berusaha berdiri, berjalan ke arah Terenia
dan memeluk kekasihnya itu.
Terenia membuka mata perlahan. Bibirnya membuka, “Pertope, perjuangkan negerimu,
dengan sisa energi Blue Diamon yang tersisa, karena setengahnya sudah kalah,
maafkan aku tak bisa menemanimu....”
“Tidak, tidak. Kamu bicara apa?!”
Terenia memejamkan mata. Tubuhnya lemas, jantungnya berhenti berdetak. Ia
mati.
“Tidak...!!!”
Mata Pertope menajam. Dia menoleh ke arah Raja Zigot, yang tengah tertawa
bahagia.
Pertope langsung terbang dan menendang Raja Zigot hingga tersungkur.
Pertope langsung menonjok bertubi-tubi raja keparat itu. Energinya seperti
bertambah. Ini karena kesedihan luar biasa yang dia alami.
WUSHHH!!
Bola biru bercahaya meluncur dari telapak tangannya, mengenai perut Raja
Zigot yang masih tersungkur tak berdaya. Cahaya biru terpancar sangat terang,
hingga melenyapkan tubuh Raja Zigot, juga para prajuritnya yang tengah
bertarung dengan pasukan Diores yang lain. Red Diamond ikut lenyap begitu saja.
Kesedihan, cinta dan kesetiaan mampu melenyapkan kekuatan negatif yang maha
dahsyat itu.
Pertope terunduk kecapekan. Ia meraih tubuh Terenia, dan memangkunya. “Terenia,
kenapa kamu meninggalkanku?” Air matanya tumpah.
Blue Diamond tiba-tiba keluar dari mulut Pertope, melayang di depan
Pertope. Pertope langsung meraihnya. “Lebih baik negeri tak membutuhkan ini,
biarlah kamu saja.”
Pertope memasukkan Blue Diamond ke dalam mulut Terenia. Bulir bening dari mata
Pertope terjatuh, mengenai pipi Terenia yang sekaligus membangunkan Terenia.
Mulut Terenia bergetar. “Pertope.”
Tentang teman duetku :
Ain Saga, penulis kelahiran Jakarta, 29 April 1985 ini,
bertempat tinggap di Jl. Kirey I RT 005/10 no. 81, Kel. Kampung Tengah, Kramat
Jati, Jakarta Timur 13540. Karyanya yang sudah rilis di antaranya adalah: Antologi kumcer
terbitan Pustaka jingga "Bunga Karang", Antologi Puisi "Mozaik
Tinta Hati", Cerpen Merah Hitam Luka terbit di Story Magazine edisi 45/2013,
Antologi bersama Ae Publishing Karena Aku Wanita berupa kumcer, Kumpulan FF
terbitan Ae Publishing ECA Moment 2, dan pernah menjurai Event lomba cerpen
Horor tema: Aku Dan Kematian, juara 1 dengan Judul: Hutan Kegelapan.
0 komentar