Judul : The Sweet Sins
Penulis : Rangga Wirianto Putra
Penerbit :
DIVA Press
Tebal :
428 hlm.
Cetakan Pertama Oktober 2012
Blurp
Ketika sanga surya
pagi menembus sela-sela jendela, aku tersadar, ternyata tidur dalam dekapannya.
Aku pun merapat sama eratnya. Di sini, di balik dadanya, aku dapat melihat
sinar matahari pagi membelai wajahnya yang rupawan dan melukiskn segala
keindahan.
***
Cinta yang Jujur Sepasang Laki-laki
“Moesye, bisakah kita elupakan sesorang?” tanyaku
sambil memeluk Moesye.
Moesye tersenyum. “Tidak, Nak. Kita hanya bisa
mencoba untuk tidak memikirkannya lagi.”
Novel karya Rangga Wirianto Putra ini memang terbilang
berani, karena mengangkat tema tentang homosexual, yang masih tabu di
masyarakat kita. Memang bukan satu-satunya novel bertema homosexual yang
pernah diterbitkan, di sini Rangga mencoba meyajikan cerita dengan cara yang
berbeda. Denga balutan opera Eropa. Kisah dalam buku ini dibagi ke dalam Overtune,
Atto Primo, Atto Secondo, Atto Terzo, Atto Quarto, Epilogo.
Menceritakan tentang kehidupan seorang gigolo bernama Reino
Regha Prawiro yang tumbuh dengan keluarga broken home. Mempunyai
sahabat-sahabat yang sama kacaunya. Hingga pada akhirnya ia dipertemukan dengan
Ardo Praditya, seorang news anchor kenamaan di Jogja.
Dibuka dengan prolog yang “panas” dan tak biasa karena
menampilkan adegan seorang penari striptease, sedang menghibur di sebuah
club.
Sudah bisa ditebak, apa yang terjadi selanjutnya pada lelaki
exhibitionist itu. Ia menari semakin erotis, seolah club ini memang
diperuntukan baginya dan hanya ia seorang yang berada di sini. (Halaman 33)
Lama-lama Reino merasa nyaman berada di dekat Ardo. Ardo
menjelma seperti sosok Daddy yang kala itu meninggalkan Reino saat kecil. Rasa
haus akan kasih sayang seorang ayah seolah terpenuhi dengan adanya Ardo yang di
matanya sosok laki-laki sempurna.
... Kasih sayang itu. Ternyata, aku memang menemukan figur
Daddy dalam dirinya. (Halaman 97)
Sampai pada akhirnya Reino bingung dengan kondisi
kejiwaannya yang semakin lama semakin menyukai Ardo. Ia sadar itu, dan ia tahu
bahwa rasa itu salah. Mereka sama-sama laki-laki.
... Kali ini aku benar-beenar HARUS mempertanyakan kesehatan
jiwaku sendiri sebelum akhirnya aku benar-benar dinyatakan GILA! Kejantananku
tiba-tiba menegang melihat keadaan Ardo seperti itu...
Semakin bergulirnya waktu, mereka semakin dekat. Mereka
saling nyaman, saling mengerti dan saling belajar. Reino belajar banyak soal
keidupan pada Ardo. Pada akhirnya mereka sepakat pacaran, meski mereka tahu itu
terlarang.
Tentunya tidak ada yang tahu waktu itu, termasuk
sahabat-sahabat Reino. Hingga pada akhirnya semuanya terkuak. Sahabat-sahabat
Reino mengetahuinya. Mereka tak menolak, karena mereka sepakat, bahagia jika
Reino bahagia.
Reino baru tahu kalau Ardo memang gay dari dulu. Bahkan
mimpi basah pertamanya dengan laki-laki. Ardo menceritakan semuanya pada Reino,
pacarnya. Beda dengan Reino yang awalnya adalah laki-laki biasa yang mencintai
wanita, namun sosok Ardo mengubah
semuanya.
Mereka menganggap cinta mereka adalah cinta yang jujur.
Cinta yang cinta. Cinta yang sesungguhnya, meski sekali lagi mereka tahu, cinta
mereka terlarang.
“Do, aku tidak akan meminta banyak padamu. Aku tidak akan
minta uangmu, tidak waktumu, dan tidak nyawamu. Aku hanya minta tetaplah
menjadi seperti Ardo yang aku kenal. Tidak hanya hari ini, tetapi juga esok dan
seterusnya. Bagiku, itu sudah lebih dari cukup.” (Halaman 144)
Adegan-adegan romantis pun mereka lewatkan berdua. Mungkin
pembaca akan merasa jijik dan megnerutkan dahi. Tapi cinta mereka memang jujur.
“Rei, apakah kamu mencintaiku?” tanya Ardo sambil menatap
mataku.
Aku mengangguk.
“Dan tidak akan menyakitiku? Lanjutnya
Aku tersenyum. (Halaman 171 – 173)
“Aku ingin menyesap aroma tubuhmu sebelum kita mandi.
Bolehkah?” aku bertanya.
....” Ardo diam. Bagiku, itu tandanya boleh.
Aku mulai mendekatkan tubuhku ke tubuhnya. Tubuhmu adalah
tubuhku. Aku milikmu. Kamu milikku.
(Halaman 214)
Namun penghalang besar membentang. Ardo harus dijodohkan
dengan Rezta, artis cantik dari Jakarta. Ini permintaan ayah Ardo yang
kesehatannya semakin membburuk. Ardo ingin sekali menolak. Ia tak sanggup
berpisah dan melepaskan Reino. Begitu juga Reino.
Namun Reino sadar, bahwa bukti cinta paling sahih adalah
melepaskan. Ayah Ardo berhak bahagia. Ardo berhak menikah dengan wanita. Karena
sampai kapanmu, mereka tak bisa terus bersama. Namun mereka tetap akan
mencinta.
***
Ada part yang menurutku datar. Bahkan cukup panjang, hingga
aku sempat malas untuk meneruskan membaca, hingga pada akhirnya aku teruskan
untuk mengetahui akhir cerita ini.
Penulis berhasil menyajikan cerita gay yang jujur. Mungkin
sebelumnya sudah melakukan riset panjang. Banyak juga ilmu dan filosofi yang
bisa dipetik. Menambah pengetahuan juga tentang Opera Eropa dan Cerita Ramayana
karena di dalamnya sempat dibahas.
Namun balutan Opera Eropa tidak memberikan efek apa-apa. Kalaupun dibuang pun tidak masalah.
Cerita ini masih bisa hidup.
*) foto dokumen pribadi
1 komentar