Artikel
Opini: Kritik, Dapat Memicu Masalah
Zaman sudah menunjukkan ke moderenannya. Orang-orang
terpelajar sudah banyak bertaburan di mana-mana. Sekolah-sekolah meningkatkan
mutu pengajarannya dan manajemennya. Orang-orang berbondong-bondong mendaftar
sekolah tiap tahunnya. Untuk apa? Ya, seharusnya untuk mencari kepintaran,
menuntut ilmu.
Dengan ilmu orang akan lebih terpandang. Semakin tinggi ilmu
yang dipunyai semakin tinggi derajatnya di mata orang yang melihat. Seharusnya
itu dibarengi dengan sifat rendah diri. Merasa dirinya masih butuh ilmu, merasa
dirinya masih butuh petunjuk, merasa dirinya masih butuh pendapat orang lain.
Kritikan. Ya, kritikan adalah salah satu pendapat orang lain
yang telah melihat kita. Mereka melihat kita, mengamati dan akhirnya akan
muncul unek-unek atau pendapat
tentang diri kita. Pendapat itu bersifat kritikan. ‘Pedas’ memang, tapi itu
menurut pendapat dia yang melihat kita. Belum tentu orang lain yang melihat
berpendapat lain.
Saat kita dikritik, hendaknya tak usah marah atau
memaki-maki orang yang mengkritik kita. Kenapa? Kembali lagi ke atas. Kita
orang yang berpendidikan bukan? Kita orang yang hidup di jaman moderen bukan?
Bukankah kritikan/pendapat itu salah satu dari petunjuk untuk kita memperbaiki
diri. Bukankah begitu?
“Jadilah orang yang menerima kritikan, daripada menerima
pujian, maka kau akan terus berbenah.”
Setelah saya membuat status di account facebook saya pada
suatu waktu. Ternyata banyak yang memberikan “Like” dan mengkomentari positif.
Padahal biasanya status saya sepi dari “like” ataupun komentar. Itu berarti
orang-orang sangat setuju tentang statement di atas. Tentang sebuah kritikan.
Saya sengaja membuat status seperti itu, karena sebelumnya
saya tak sengaja mengkritik suatu organisasi kecil di desa. Tapi apa yang
terjadi? Pengurus uring-uringan dan memaki saya. Apakah mereka tak sadar? Bahwa
ini hanyalah sebuah kritikan yang seharusnya membuat mereka lebih baik lagi?
dan yang anehnya yang membuat kributan ini juga me-Like statusku tersebut. Dia
sadar tapi mengapa masih onar?
Dengarkan kritikan dengan terlinga, resapi, jika ya,
berbenahlah, jika tidak, diam saja. Maka kau akan menjadi pribadi yang lebih
baik lagi. itu sebabnya Tuhan memberi kita telinga dua.
Pendidikan tinggi harus dibarengi dengan pendidikan hati.
Itu yang terpenting.
0 komentar